"Habis nanti uang bapak, jangan semua kau ambil" Davino mengatakan itu
kepada adiknya, saat saya mengajak mereka ke supermarket kemudian
menyuruh memilih jajanan yang mereka mau :.
Kamus seperti itu mulai ada pada anak-anak sejak saya mengajak mereka
ke Bukit Lawang, Bohorok pada saat liburan sekolah.
Saya ingin
mengajarkan kepada mereka kebiasaan saya pada saat ada pekerjaan dan
perjalanan yang akan saya lakukan.
Selama bekerja menjadi Freelance,
biasanya teman-teman menghubungi saya, menyampaikan pekerjaan yang akan
dilakukan, lokasi kerja dan waktu pelaksanaan dan kapan akan berangkat.
Kemudian saya membuka internet, mencari informasi-informasi mengenai
lokasi kerja tersebut. Peta lokasi, jalur transportasi dan Armada
transportasi, penginapan, tempat-tempat yang menarik, makanan khas, adat
dan kebiasaan serta informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan
apa yang akan dikerjakan. Sebagian besar informasi itu ada di internet.
Jika tidak ada di internet, saya coba ingat-ingat siapa teman saya yang
ada di daerah kerja itu atau teman yang saya tahu pernah ada pekerjaan
disana, cari kontaknya dan bertanya kepada teman tersebut. Saya bukan
orang pintar, hanya orang yang tahu apa yang saya tahu dan saya tidak
tahu, tahu dimana dan bagaimana mencari apa yang saya tidak tahu
tersebut :).
Saya ingin mengajarkan itu kepada anak-anak saya. Saya suruh mereka
mencari tahu informasi mengenai Bukit Lawang, mereka sebelumnya sudah
pernah kesana, tinggal mengingat apa-apa saja yang mereka lihat dan
lakukan disana. Saya suruh mencari bagaimana bisa sampai kesana, kali
ini naik angkutan umum, berapa ongkos kesana, jam berapa berangkat dan
jam berapa angkutan umum terakhir dari sana.
Kemudian bagaimana nanti
makan disana, karena Bukit Lawang salah satu destinasi wisata, sudah
banyak rumah makan dan Warung disana. Kemudian, apa yang kita perlu
untuk dibawa kesana, sesuai dengan rencana apa yang akan dilakukan
disana. Karena rencana akan berenang, maka perlu pakaian ganti dan
perlengkapan mandi.
Terakhir, saya suruh buat perkiraan berapa kira-kira
uang yang kita perlu bawa sesuai rencana yang ingin kita lakukan.
Mereka saya suruh menuliskan semua pada buku mereka masing-masing. Pada
saat menuliskan rencana itu, mereka berdua akan berdiskusi dan saling
mengoreksi apa yang mereka tulis. Kesepakatan, untuk sekali makan, satu
orang maksimal Rp. 25.000,-.
Malam sebelum hari keberangkatan, mereka
mempersiapkan semua kebutuhan yang sudah ditulisnya, tas, pakaian,
perlengkapan lain, men-checklist pada catatan yang sudah mereka buat.
Kemudian saya suruh agar mereka saling memeriksa apa yang sudah mereka
siapkan. Istilahnya "Final Check" dalam pekerjaan .
Besoknya kami berangkat, dari rumah berjalan ke jalan umum dengan tas dipunggung masing-masing .
Menunggu angkutan umum, kemudian naik angkutan umum ke Bukit Lawang.
Dalam perjalanan, saya suruh agar melihat sekeliling mereka, didalam
bus, dan juga tempat-tempat yang dilewati selama perjalanan.
Tiba di
Bukit Lawang sudah agak siang, saya tanya mau makan dulu atau mau
lihat-lihat dulu? Kesepakatan makan dulu. Saya memilih rumah makan yang
ada daftar menu dengan harga yang sudah tertera disana. Saya suruh
mereka pilih apa yang mereka mau. Mereka melihat menu dan harganya,
menghitung total harga yang mereka pilih. Kemudian mereka berdiskusi
lagi mengenai pilihan mereka masing-masing dan menyesuaikan dengan
budget yang sudah disepakati.
Setelah pulang dari Bukit Lawang, tiba di
dekat rumah saya ajak makan di gerai ayam goreng karena biaya yang habis tidak
melewati anggaran yang sudah direncanakan. Paling tidak sebagai reward,
karena kami harus duduk bertiga, saya dan Abra gantian memangku Vino di
barisan tempat duduk samping supir selama perjalanan pulang, ongkos yang
direncanakan untuk 3 orang hanya bayar 2 orang .
Beberapa kali setiap saya mengajak mereka ke rumah makan atau Warung,
saya menetapkan budget maksimal untuk tiap orang. Misalnya, Maksimal Rp.
15.000, mereka akan langsung menghitung harga makanan yang dipilihnya
dari daftar menu dan menyesuaikan dengan budget maksimal yang sudah
ditentukan. Yaa, harus mampu tahan selera juga jadinya.
Bagi sebagian
orang mungkin akan mengatakan "Pelit kali kau, sama anak-anakmu pun kau
perhitungan kali" .
Terserah mau bilang apa, inilah hidupku, inilah diriku, inilah
keluargaku, inilah anak-anakku.
Untuk beberapa hal dalam hidup ini, kita
memang harus bisa menaikkan level "egoisme dan kesombongan kita" .
Tapi, jangan lupa menyesuaikan level egoisme dan kesombongan itu lagi,
kalau lupa, bisa-bisa terakhirnya keenakan jadi egois dan sombong terus
seumur hidup .
Itu berguna dan bermanfaat untuk beberapa hal saja dalam hidup kita
yang kita anggap sangat perlu bagi diri kita, keluarga dan anak-anak
kita saja.
Untuk masa depan kita dan anak-anak kita sendiri, kalau bagus
yang kita ajarkan kepada anak-anak kita, mengapa kita harus pusing
memikirkan "apa kata dunia". Jadi apa dan bagaimana anak-anak kita itu
nantinya di masa depan mereka, kita orangtuanya yang akan sangat
merasakannya.
Akan sangat bangga orangtua, jika nantinya hal baik yang
dilakukan anak-anaknya menjadi "Like Father like Son". Tetapi betapa
hancurnya perasaan orangtua jika hal buruk yang dilakukan anak-anaknya
menjadi "Dang dao tubis sian bonana" atau "buah tidak akan jatuh jauh
dari pohonnya".
Orangtua sendiri yang harus memilih dan memutuskan apa
yang patut disampaikan dan diajarkan kepada anak-anaknya, karena
nantinya, anak-anak itu akan menunjukkan dan menggambarkan siapa
orangtua nya :).
No comments:
Post a Comment