"Turi-turian", Kata dalam bahasa Batak tersebut mengacu kepada Kebiasaan
orangtua Batak bercerita kepada anak atau cucunya mengenai sesuatu hal.
Biasanya saat berkumpul, ompung atau yang paling tua dalam keluarga
menyampaikan "Turi-turian", semua yang lainnya mendengarkan dengan baik
dan tenang.
Biasanya, Turi-turian yang disampaikan mengandung
pesan-pesan moral dan aturan moral dalam kehidupan.
Persis seperti film
kartun yang tayang di salah satu televisi, berjudul "Pada Zaman
Dahulu". Mungkin suatu saat nanti, akan ada animator-animator yang
ingin membuat film kartun seperti itu berjudul Turi-turian, mengisahkan
apa yang dulu disampaikan ompung dan orang tua-orang tua Batak mengenai
pesan-pesan dan aturan-aturan moral pada orang Batak.
Jika mendengar
Turi-turian, Orang sekarang mungkin akan mengatakan orang Batak jaman
dahulu itu kejam atau biadab, apalagi kalau mendengar bagaimana cerita
penegakan hukum atau pelaksanaan hukuman bagi yang melanggar aturan
moral yang sudah ditentukan pada jaman dahulu. Pengusiran, hukuman fisik
bahkan sampai hukuman mati.
Sebenarnya bukan hanya di budaya Batak
zaman dahulu itu terjadi, banyak suku dan daerah lain, bahkan negara
kita juga memberlakukan hukuman seperti itu. Hanya cerita itu jadi
terasa berbeda karena kita memiliki hubungan atau keterkaitan secara
langsung.
Bedanya, beberapa hukuman-hukuman atau akibat-akibat dari
pelanggaran moral yang dilakukan dalam budaya Batak itu dikatakan akan
kita terima saat kita masih hidup di bumi ini. Seperti, ada yang
tiba-tiba jadi gila, bagian tubuh tertentu tiba-tiba sakit, anak atau
keluarga ngga beres atau benar, atau kejadian-kejadian yang aneh atau
yang sulit diterima secara logika bisa terjadi. Sering kita dengar di
kalangan orang Batak mengatakan "tengoklah, karena ompungnya dulu begini
atau karena orangtuanya dulu begini, maka anak cucunya begitu
sekarang".
Orang-orang Batak yang dulu sering mendengar Turi-turian
seperti itu dan menyimpan kuat-kuat dalam memorinya, mungkin masih akan
berusaha mengamalkan dan melakukan aturan-aturan moral tersebut dalam
kehidupannya. Sekarang ini, aturan moral dalam adat Batak itu hanya
beberapa seremonial tertentu saja, tidak ada aplikasi dalam kehidupan
keseharian.
Makanya, saat mendengar atau membaca ada yang membandingkan
adat Bali dan adat Batak, saya sering tertawa. Aplikasi dalam hidup
keseharian itu sudah jauh berbeda. Ritual-ritual harian yang harus
dilakukan sebelum melakukan sesuatu masih diterapkan dalam adat Bali,
dalam adat Batak, hanya sebagian kecil saja lagi yang mungkin
mengamalkan itu :).
Jadi, ngga usah lagilah membanding-bandingkan itu. Tapi, kalau untuk
mempelajari agar bisa mengetahui dan mencoba mengamalkan untuk kehidupan
sendiri, sah-sah saja :).
No comments:
Post a Comment