Monday, September 25, 2017

Turi-turian

"Turi-turian", Kata dalam bahasa Batak tersebut mengacu kepada Kebiasaan orangtua Batak bercerita kepada anak atau cucunya mengenai sesuatu hal. Biasanya saat berkumpul, ompung atau yang paling tua dalam keluarga menyampaikan "Turi-turian", semua yang lainnya mendengarkan dengan baik dan tenang. 

Biasanya, Turi-turian yang disampaikan mengandung pesan-pesan moral dan aturan moral dalam kehidupan.
Persis seperti film kartun yang tayang di salah satu televisi, berjudul "Pada Zaman Dahulu". Mungkin suatu saat nanti, akan ada animator-animator yang ingin membuat film kartun seperti itu berjudul Turi-turian, mengisahkan apa yang dulu disampaikan ompung dan orang tua-orang tua Batak mengenai pesan-pesan dan aturan-aturan moral pada orang Batak. 

Jika mendengar Turi-turian, Orang sekarang mungkin akan mengatakan orang Batak jaman dahulu itu kejam atau biadab, apalagi kalau mendengar bagaimana cerita penegakan hukum atau pelaksanaan hukuman bagi yang melanggar aturan moral yang sudah ditentukan pada jaman dahulu. Pengusiran, hukuman fisik bahkan sampai hukuman mati. 

Sebenarnya bukan hanya di budaya Batak zaman dahulu itu terjadi, banyak suku dan daerah lain, bahkan negara kita juga memberlakukan hukuman seperti itu. Hanya cerita itu jadi terasa berbeda karena kita memiliki hubungan atau keterkaitan secara langsung. 

Bedanya, beberapa hukuman-hukuman atau akibat-akibat dari pelanggaran moral yang dilakukan dalam budaya Batak itu dikatakan akan kita terima saat kita masih hidup di bumi ini. Seperti, ada yang tiba-tiba jadi gila, bagian tubuh tertentu tiba-tiba sakit, anak atau keluarga ngga beres atau benar, atau kejadian-kejadian yang aneh atau yang sulit diterima secara logika bisa terjadi. Sering kita dengar di kalangan orang Batak mengatakan "tengoklah, karena ompungnya dulu begini atau karena orangtuanya dulu begini, maka anak cucunya begitu sekarang". 

Orang-orang Batak yang dulu sering mendengar Turi-turian seperti itu dan menyimpan kuat-kuat dalam memorinya, mungkin masih akan berusaha mengamalkan dan melakukan aturan-aturan moral tersebut dalam kehidupannya. Sekarang ini, aturan moral dalam adat Batak itu hanya beberapa seremonial tertentu saja, tidak ada aplikasi dalam kehidupan keseharian. 

Makanya, saat mendengar atau membaca ada yang membandingkan adat Bali dan adat Batak, saya sering tertawa. Aplikasi dalam hidup keseharian itu sudah jauh berbeda. Ritual-ritual harian yang harus dilakukan sebelum melakukan sesuatu masih diterapkan dalam adat Bali, dalam adat Batak, hanya sebagian kecil saja lagi yang mungkin mengamalkan itu :)

Jadi, ngga usah lagilah membanding-bandingkan itu. Tapi, kalau untuk mempelajari agar bisa mengetahui dan mencoba mengamalkan untuk kehidupan sendiri, sah-sah saja :).

No comments:

Post a Comment