Wednesday, November 16, 2022

Ketika Bertahan di Tengah Arus Dan Gelombang Kuat di Panas Terik Matahari

Aku sangat menghormati kekuatan alam dimanapun aku berada. Dengan alasan itu juga, aku sangat mengagumi semangat orang-orang yang mampu beradaptasi dan bertahan dengan kondisi alam yang sangat berbeda di tiap tempat yang pernah kukunjungi.  Setiap tempat punya karakteristik alam masing-masing sesuai dengan kondisi rupa bumi tempat tersebut yang mempengaruhi setiap fenomena alam seperti iklim, cuaca, suhu dan juga kondisi alam lainnya.


Ketika melanjutkan untuk menuju petak kedua budidaya rumput laut yang telah ditandai sebelumnya, arus dan gelombang laut mulai terasa makin kuat. Aku menggunakan batang bambu untuk mendorong dan mengarahkan sampan ke arah titik koordinat petak budidaya rumput laut tersebut. Situasinya cukup menyulitkan karena kedua tanganku harus memegang batang bambu yang berfungsi sebagai kayuh atau dayung untuk menggerakkan sampan.



Sesekali aku harus melepas batang bambu itu untuk memegang GPS agar bisa melihat apakah arah yang kutuju sudah sesuai. Saat melepas batang bambu itu, gelombang dan arus membawa sampan ke arah sebaliknya. Lalu aku harus kembali mendorong sampan dengan batang bambu itu kearah yang sesuai koordinat GPS. Panas matahari yang semakin terik mulai menyengat kulitku dan membuat tenggorokan mulai terasa kering.

Aku terus berusaha walaupun pergerakan sampan sangat lambat karena melawan arus dan gelombang yang semakin kuat.  Dengan sesekali melihat GPS yang kugantungkan menggunakan tali di leherku akhirnya aku sampai ke titik koordinat petak budidaya rumput laut kedua. Aku meletakkan semua peralatan di bagian perahu yang kering, kemudian melompat dari perahu ke air laut yang terlihat sangat jernih. 



Kedalaman air laut sudah mencapai leherku, sehingga aku mengambil masker dari perahu dan menggunakannya. Sambil memegang tepian perahu, aku mencari patok yang bisa kugunakan untuk mengikatkan sampan yang kubawa. Kemudian aku mengambil tali sampan dan menyelam untuk mengikatnya ke patok kayu yang juga digunakan untuk menjadi tali pengikat tali-tali ris budidaya rumput laut. 

Kemudian kembali aku menyelam mengambil sampel-sampel rumput laut yang telah ditandai. Kadang cara mengikat rumput laut yang tidak bagus membuat agak sulit melepaskan sampel tersebut dari tali ris yang menahannya. Akhirnya setelah berkali-kali menyelam aku berhasil mengambil semua sampel rumput laut yang akan ditimbang dan meletakknya diatas perahu.



Aku kemudian menimbang satu persatu sampel rumput laut itu dan mengambil foto hasil penimbangan. Gelombang cukup menyulitkan karena membuatku terombang ambing ditengah Selat Ceningan yang airnya sangat jernih tersebut. Setelah selesai menimbang sampel-sampel rumput laut untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan rumput laut itu, aku kembali menyelam menggunakan masker dan snorkel untuk mengikatkan kembali sampel-sampel rumput laut ke Tali ris di dasar laut yang berpasir.

Selanjutnya aku mengukur parameter kualitas air menggunakan peralatan-peralatan yang telah disiapkan untuk kubawa. Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen menggunakan DO meter yang telah terintegrasi dengan sensor thermometer untuk mengukur suhu. DO meter buatan Hannah Instrument tersebut memiliki sensor dengan kabel cukup panjang sehingga bisa mengukur Oksigen terlarut Dan suhu pada kedalaman tertentu yang diinginkan.

Selanjutnya tentang Peralatan Pengukuran Kualitas Air.



Setelah menyelesaikan penimbangan sampel dan pengukuran kualitas air yang telah ditentukan, aku membilas sensor-sensor peralatan tersebut dengan air mineral yang kubawa. Merapikan peralatan tersebut dan memasukkan ke tas diatas perahu. Aku menyelam kembali untuk melepaskan tali pengikat perahu, naik ke perahu, mengambil GPS untuk mencari koordinat petak budidaya ke tiga yang akan ditimbang dan diukut kualitas air laut lokasi sampel tersebut.

Tidak terasa air laut telah semakin dalam, arus dan gelombang mulai semakin kuat dan sinar matahari di tengah laut tersebut terasa semakin terik. Bunyi gemuruh ombak pecah semakin keras terdengar. Aku memperhatikan sekelilingku, semua perahu tertambat dan tidak ada satupun orang berada di tengah laut itu. Hanya aku sendirian yang masih mencoba mengayuh sampan menuju petak budidaya rumput laut ketiga ditengah Selat Ceningan yang arus dan gelombangnya makin kuat. Dan aku terus berusaha, hingga akhirnya berada diantara pergolakan dalam pikiranku sendiri.





No comments:

Post a Comment