Monday, March 5, 2018

Keluarga


Dalam sebuah perjalanan tugas saat menjadi fotografer bawah air, survey bawah air dan potensi wisata bahari di empat kabupaten/kota yaitu, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna, kondisi badan dan stamina tidak fit, akhirnya sakit. Gejala demam dan panas dingin mulai terasa di Tanjung Pinang. Saat survey dan mengunjungi wisata mangrove di Lagoi, Bintan badan mulai terasa lemah.


Saat siang hari tidak terlalu terasa, tetapi saat malam hari, badan terasa hangat dan kadang dingin. Sudah berusaha mengkonsumsi makanan di hotel dengan menambah porsi, tetap juga terasa semakin lemah. Akhirnya diputuskan untuk periksa ke dokter, karena masih harus melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Natuna. Periksa darah di salah satu Laboratorium Kesehatan di Kota Tanjung Pinang, kemudian membawa hasil pemeriksaan ke dokter. Dokter mengatakan, gejala thyfus dan memberikan obat untuk dikonsumsi. Rekomendasi dokter, tetap bisa melanjutkan perjalanan, asal menjaga makanan yang dikonsumsi.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat terbang ke Kota Ranai, Ibukota Kabupaten Natuna. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, menghubungi instansi dan juga teman-teman yang akan membantu dalam pelaksanaan pekerjaaan disana. Tetapi rasa panas dingin di tubuh masih tetap terasa. Menghubungi teman yang bertugas di Ranai mengenai kondisi kesehatan tersebut, akhirnya direkomendasikan untuk ke rumah sakit.

Setiba di Rumah Sakit Umum Daerah Natuna, langsung masuk ke fasilitas rawat inap. Perawat mengambil sampel darah untuk kembali diuji di laboratorium. Besok harinya, dokter masuk dan memeriksa, menyatakan hasil diagnosa penyakit thyfus. Dilakukan perawatan dengan obat dan melalui selang infus. Selama dirawat di rumah sakit, teman-teman harus bekerja, supaya tugas yang menjadi tanggungjawab kesana dapat diselesaikan. Saat malam, setelah selesai bekerja, baru mereka bisa datang ke rumah sakit.

Selama 3 hari, tidak mandi. Ke kamar mandi sendirian dengan membawa selang infus dan tiang gantungannya. Fasilitas rumah sakit tersebut tidak menyediakan perawatan untuk sampai membersihkan atau memandikan pasien. Hal itu saya ketahui saat seorang perawat wanita datang memeriksa saya. Keluarganya dimana pak? Kok ngga ada yang memandikan? Begitu pertanyaan perawat tersebut. Mungkin perawat tersebut sudah mencium bau tidak sedap dari tubuh yang tidak tersentuh air selama tiga hari.  Saya menjawab, saya kesini dalam rangka tugas, keluarga saya di Medan, Sumatera Utara.

Sang perawat Rumah Sakit Umum tersebut menyampaikan, disini biasanya yang memandikan pasien adalah keluarga pasien, tidak ada perawat yang khusus untuk itu. Jika bapak bersedia, ada Cleaning Service laki-laki yang bisa membersihkan dan memandikan bapak. Haaaahhh??? Otak saya langsung ngeblok. Memangnya aku lantai atau fasilitas rumah sakit yang perlu dibersihkan Cleaning Service??? Emosi yang datang tiba-tiba membuat etika dan tata krama segera terlupakan. Maaf ya bu, mungkin di dunia ini, hanya ibu saja yang bukan keluarga saya, semua orang di bumi ini adalah keluarga saya. Kata-kata itu terucap begitu saja...


No comments:

Post a Comment